Menurut Luther (1994), pengembangan multimedia dilakukan melalui 6
tahapan, yaitu: konsep, disain, pengumpulan material, pembuatan
(assemby), testing, dan distribusi.
Tahap 1 ( Konsep ) :
Menentukan tujuan yang meliputi:
- Tujuan Aplikasi (informasi, hiburan, pelatihan, dan lain-lain)
- Identifikasi Pengguna (Users)
- Bentuk Aplikasi (presentasi, interaktif, dan lain-lain)
- Spesifikasi Umum (ukuran aplikasi, dasar perancangan, target yang ingin dicapai, dan lain-lain)
Tahap 2 ( Disain ) :
Disain
(perancangan) adalah membuat spasifikasi secara rinci mengenai struktur
aplikasi multimedia yang akan dibuat, gaya dan kebutuhan bahan
(material) untuk aplikasi.
Spesifikasi dibuat cukup rinci sehingga
pada tahap berikutnya, yaitu tahap pengumpulan bahan dan pembuatan tidak
dibutuhkan keputusan baru, melainkan menggunakan apa yang telah
ditetapkan pada tahap disain. Namun demikian, sering terjadi penambahan
atau pengurangan bahan, bahkan ada perubahan pada bagian aplikasi pada
awal pengerjaan multimedia.
Tahap disain multimedia sering melibatkan kegiatan:
- Pembuatan Bagan Alir (Flow Chart), yaitu menggambarkan struktur aplikasi multimedia yang disarankan.
- Pembuatan Storyboard, yaitu pemetaan elemen-elemen atau bahan (material) multimedia pada setiap layar aplikasi multimedia.
Cara menentukan urutan atau hubungan dalam merancang Bagan Alir (Flow Chart) atau Peta Konsep:
- Ikuti hirarki alami materi.
- Berdasarkan minat pengguna.
- Dari yang sudah dikenal sampai yang belum dikenal.
- Dari yang konkret sampai yang abstrak.
- Dari yang umum sampai yang spesifik.
- Berdasarkan pertimbangan topik pembahasan.
- Secara kronologis didasarkan pada pemakaian atau kinerja.
Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mengembangkan bagan alir meliputi:
- Apakah semua bidang isi yang dibutuhkan telah dimasukkan ?
- Apakah semua hubungan di antara modul telah dimasukkan ?
- Apakah maksud struktur akan menjadi jelas bagi tim pengembang dan pengguna ?
Bagan Alir digambarkan menggunakan simbol-simbol bagan alir pemrograman atau dengan simbol yang ditentukan sendiri.
Storyboard digunakan untuk:
- Memungkinkan tim dan klien (pengguna) memeriksa, menyetujui, dan meningkatkan rancangan.
- Menjadi panduan bagi programmer dan graphics designer.
- Mengetahui elemen (material) multimedia yang dipakai.
- Menjaga konsistensi di sepanjang aplikasi multimedia.
- Memungkinkan rancangan diimplentasikan pada platform yang berbeda, karena storyboard bersifat platform independent.
Storyboard perlu mengandung:
- Nama aplikasi (program) atau modul dan nomor halaman atau nomor layar.
- Gambar
sketsa layar atau halaman beserta rincian objek-objek yang ada pada
layar, meliputi: Teks, Gambar, Animasi, Audio, Narasi, Video, Warna,
penempatan, ukuran gambar, jika penting, Warna dan font dari teks.
- Interaksi: pencabangan dan aksi-aksi lainnya (tombol).
Yang perlu diperhatikan dalam membuat storyboard:
- Storyboard
dapat digambar dengan tangan, tidak perlu bagus dilihat asalkan cukup
jelas sebagai panduan bagi anggota tim proyek lainnya.
- Tersedia storyboard untuk setiap layar atau halaman.
- Semua rincian yang penting harus ditunjukkan.
- Teks
dan narasi dapat sangat panjang, karena itu boleh ditulis pada lembar
terpisah (script document) asalkan disertai dengan nomor layar
storyboard yang jelas.
- Setiap anggota tim produksi mempunyai salinan storyboard atau dapat mengakses storyboard dengan mudah.
Perancangan Antarmuka Pemakai:
Graphics Designer merancang antarmuka pemakai berdasarkan storyboard.
Antarmuka
pemakai harus:Menggapai “look and feel” dari organisasi klien,
Memproyeksikan “mood” yang sesuai bagai pemakai, Tidak boleh lebih kuat
daripada pesan yang ingin disampaikan, tetapi harus mendukung pesannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan antar pemakai:
- Metafora yang digunakan.
- Estetika
- Navigasi
- Piranti interaksi yang digunakan.
- Tata letak, warna, font.
- Kendali (tombol-tombol): penempatannya, ukurannya, dan bagaimana pengguna tahu tombol dapat dipilih atau telah dipilih.
- Bilamana kursor berubah bentuk.
Tahap 3 ( Pengumpulan Material ):
Melakukan
pengumpulan bahan (material) seperti: clipart, image, animasi, audio,
berikut pembuatan grafik, foto, audio, dan lain-lain yang diperlukan
untuk tahap berikutnya.
Bahan yang diperlukan dalam multimedia dapat
diperoleh dari sumber-sumber seperti: library, bahan yang sudah ada pada
pihak lain, atau pembuatan khusus yang dilakukan oleh pihak luar.
Pengumpulan material dapat dilakukan paralel dengan tahap pembuatan (assemby).
Tahap 4 ( Pembuatan ):
Tahap pembuatan (assembly) merupakan tahap dimana seluruh objek multimedia dibuat atau diintegrasikan.
Pembuatan aplikasi berdasarkan flow chart, storyboart, struktur navigasi atau diagram objek yang berasal dari tahap disain.
Dapat
menggunakan perangkat lunak authoring yang mempunyai fitur pembuatan
flow chart dan disain, misal: Microsoft Frontpage, Macromedia, dan
lain-lain.
Tahap 5 ( Testing ):
Tahap testing dilakukan setelah tahap pembuatan dan seluruh bahan (material) telah dimasukkan.
Biasanya pada tahap awal dilakukan testing secara modular untuk memastikan apakah hasilnya seperti yang diinginkan.
Aplikasi
yang telah dihasilkan harus dapat berjalan dengan baik di lingkungan
pengguna (klien), dimana pengguna dapat merasakan adanya kemudahan dan
manfaat dari aplikasi tersebut serta dapat menjalankan sendiri terutama
untuk aplikasi yang interaktif.
Tahap 6 ( Distribusi ):
Bila
aplikasi multimedia akan digunakan dengan mesin yang berbeda,
penggandaan menggunakan floppy disk, CD-ROM, tape, atau distribusi
dengan jaringan sangat diperlukan.
Tahap distribusi juga merupakan
tahap evaluasi terhadap suatu produk multimedia, diharapkan akan dapat
dikembangkan sistem multimedia yang lebih baik di kemudian hari.